Mahasiswa asal Sumedang, Lia Sylvia Dewi, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI, telah memenangkan kompetisi Duta Baca Jawa Barat 2021 dan lolos seleksi menjadi juara pertama. Pribadi yang sedari kecil senang membaca ini, ternyata menyukai buku-buku sastra sosiohumaniora dan buku-buku surealis. Tak hanya membaca buku-buku fiksi, Lia Sylvia gemar membaca esai-esai sosial, buku histori, dan buku tentang self-improvement.
“Karena saya percaya bahwa membaca itu bukan hanya sarana rekreasi tapi juga sarana edukasi, sekecil apapun pesan dalam suatu bacaan itu pasti bisa bermanfaat untuk kehidupan kita sehari-hari.” Tuturnya.
Mulanya, Ia mengetahui informasi Duta Baca Jawa Barat pada tahun 2020. Kemudian, tahun ini Lia mencoba untuk daftar dengan segala persyaratan yang ada. Dimulai dari melengkapi serangkaian administrasi, seperti foto, resume, karya tulis ilmiah, surat rekomendasi, dan persyaratan lainnya.
“Dalam tahap administrasi itu cukup mengasah energi kita dan ketelitian kita karena itu menjadi tahap awal apakah kita lolos atau tidak.”
Melalui serangkaian administrasi tersebut barulah diumumkan ada 248 peserta dan 143 yang masuk seleksi tahap wawancara.
“Nah di wawancara itu para peserta dibagi menjadi dua sesi, ada yang sesi pertama dan sesi kedua. Hal itu beda hari untuk mencegah kerumunan. Pada saat wawancara itu juga kami bertatap langsung dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jawa Barat. Jadi, langsung kesannya bertemu dengan para petugas, para pustakawan, dan juga para panitia.” Ungkap Lia.
Selama masa karantina pada tanggal 29 Maret – 31 Maret, ada 30 finalis Duta Baca Jawa Barat. Masa karantina menjadi babak penentuan antara Juara 1 sampai Juara 6. Barulah kesempatan itu bisa diraihnya dengan menjadi Juara 1 Pemilihan Duta Baca Jawa Barat.
“Menjadi juara memang punya gelar tersendiri, tapi amanah yang diemban adalah amanah kolaboratif antara saya dan 30 Duta Baca Jawa Barat 2021.” Tuturnya (dikutip melalui PrianganTimurNews).
Tak hanya itu, Ia mengatakan mendapat tantangan tersendiri selama mengikuti seleksi Duta Baca Jawa Barat.
“Tantangan yang pertama itu adalah karena administrasinya cukup kompleks. Kita harus mendaftar dengan berbagai ketentuan. Untuk tantangan lainnya lebih kepada bagaimana cara kita beradaptasi, apalagi saat ini dihadapkan dengan pandemi. Jadi, segala sesuatu harus dengan protokol kesehatan.” Jawab Lia.
Baca juga : Setelah Musim Kemarau
Walau keadaan pandemi, Lia selalu menerapkan protokol kesehatan selama masa seleksi. Ia juga menuturkan mendapat sebuah kebermanfaatan di kala pandemi seperti ini.
“Alhamdulillah, banyak sekali pengalaman daripada tantangannya. Selain itu, ada juga relasi serta wawasan yang didapatkan.” Ungkapnya.
Lia Sylvia menitipkan amanah yang diembannya selama menjadi Duta Baca Jawa Barat.
“Harapannya tidak jauh-jauh, semoga amanah ini tidak salah menggapai pundak, semoga amanah ini bisa dijalankan mesti dengan langkah-langkah yang kecil tapi konsisten. Karena saya sepakat dengan kawan-kawan Duta Baca Jawa Barat yang lainnya bahwa kita tidak harus langsung menjadi sosok yang membuat sesuatu dengan kelas atas, kita hanya harus berusaha merangkul masyarakat di sekitar kita untuk dapat meningkatkan minat literasi,” sela Lia.
Selanjutnya, Lia menyampaikan ada targetan khusus yang ingin dicapainya. Targetan ini adalah suatu bentuk usaha yang ingin Lia realisasikan kepada masyarakat dan Kawan Duta Baca lainnya.
“Pertama, saya ingin kolaborasi antara Duta Baca Jawa Barat semakin erat. Insyaallah kami sudah berencana untuk berkolaborasi untuk menerbitkan buku bacaan, yang kira-kira akan bermanfaat untuk masyarakat. Lalu, saya juga ingin mendirikan rak buku pada perpustakaan yang ada di wilayah Kabupaten Sumedang untuk meningkatkan minat anak-anak selama mengaji. Untuk selanjutnya, membentuk suatu komunitas dan juga pengembangan platform edukasi literasi di media sosial dan website itu yang lebih penting.” Ungkapnya.
Pesan Lia menyangkut hal literasi sangatlah berwawasan. Selama masa pembekalan, Lia mendapatkan pengetahuan yang sangat penting dan perlu dibagikan kepada khalayak.
“Sejatinya literasi masyarakat Indonesia itu tidaklah serendah yang kita kira. Peringkat kita itu jauh di atas 60 daripada 61 negara yang selama ini digaung-gaungkan, jauh lebih besar, dan lebih tinggi daripada itu. Kita itu sebetulnya mempunyai minat yang tinggi, hanya saja aktivitas membacanya rendah karena kurangnya akses. Jadi, ini berkaitan dengan indeks alih baca, yaitu aktivitas literasi membaca yang digagas oleh Kemendikbud.”
Menyangkut aktivitas literasi membaca, Lia menegaskan mengenai bentuk penilaian Kemendikbud pada pola aktivitas membaca masyarakat.
“Kemendikbud itu tidak melakukan penilaian dari minat baca, tapi dari aktivitas membacanya. Karena minat baca kita, jika dilihat dari hadirnya perpustakaan itu justru menjadi yang lebih banyak kedua setelah India. Tapi, dari aktivitas membacanya ini kurang. Aktivitas membaca itu ada empat aspek yang dinilai, yaitu kecakapan, akses, alternatif, dan budaya membaca.” Tegas Lia.
Kini, perpustakaan sudah berubah menjadi inklusi sosial dan perlu untuk disosialisasikan oleh para Duta Baca. Bisa menjadi akses yang dapat dijangkau untuk melakukan aktivitas membaca. Selain itu, perpustakaan hadir menyediakan basis pelayanan yang lebih bermutu dan lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
“Jadi, masyarakat dapat bertanya kepada pustakawan terkait senarai atau daftar-daftar buku bacaan yang sesuai dengan pekerjaan mereka, dapat juga diakses melalui digital library. Ada websitenya, ada pelatihan online, dan perpustakaan kali ini, punya berbagai program. Apalagi perpustakaan nasional dan perpustakaan daerah itu pasti punya program-program keunggulan, entah itu yang mengangkat program kebudayaan atau mengangkat kebutuhan masyarakat.” Jawabnya.
Selain itu, Lia membahas terkait literasi dalam menulis. Tuturnya, masyarakat perlu diberikan edukasi maupun pengarahan. Kegiatan seperti ini dilakukan agar penulis memiliki tujuan dan maksud yang ingin dicapainya. “Jadi, memang menulis ini akan mengarah kepada program yang disasarkan atau difokuskan, mungkin lebih kepada pelajar, mahasiswa umum yang masih produktif. Maksudnya untuk menceritakan pengalaman mereka dan mengarahkan tulisan mereka mempuyai daya guna, dapat dipublikasikan sebagai suatu karya melalui buku, diterbitkan di website, dan pastinya dapat membantu stabilitas aktualisasi mereka dalam kehidupan sehari-hari.” Jawab Lia.
Baca juga: Warga Bandung Menyuarakan Keresahan di Hari Perempuan Sedunia