Masalah saya bundar
Membelit pada jari manis sebuah sumpah akan terus bersama sampai mati. Baik atau buruk, kiri atau kanan, waktu akan terus terbalik setiap duduk menekuk lutut. Setiap keram dari jemari, dalam kepalaku semua penyelesaian akan terus berdentuman. Sunyi tiba-tiba bunyi, tercetuslah inisiasi untuk berjalan memutar …. Pada saat itu tak ada lagi spasi untuk mengungsi,
Ku turut renung ke kampung
Turut kotor bersama balong, berlumuran lumpur ketika memasuki kolam hijau keruh bau anyir. Turut takjub bersama sumur, menatap ke bawah ketika bertanya ujungnya ada di mana, atau air naik memenuhi sampai mana. Turut tumbuh bersama pohon jambu, berbuah banyak kemudian belajar memanjat melawan ketakutan akan jatuh. Turut menyatu bersama sungai, merasakan air mengalir kemudian mandi setelah keringat mengucur deras dan hari terlalu panas. Turut sedih bersama kuburan, ketika nanti aku tak ada di sini lagi.
Bangun jatuh kuterus bangun
Ketika aku tidur di sebuah karpet, dalam mimpiku aku jatuh dari kasur. Ketika aku bangun dari tidur, aku menggaruk kepala kemudian menguap dan secara tiba-tiba atap yang sedang kulihat jatuh.
Bercak-bercak di dinding
Kamarku di ujung, sangat lembab. Jika kau melihat dari loteng tetangga akan tampak sebuah perempatan selokan yang memeluk kamar ini. Ditambah lagi jika sedang hujan dan angin mengarah ke selatan, ia akan menembus tembok kamar dan memperlihatkan bayangan air yang menggumpal. Ketika malam bahkan di musim panas, kasur yang bahkan sudah dipakaikan seprei akan terasa dingin dan basah. Aku melihat tubuhku penuh bintik-bintik saat melihat dinding kamar ini.
Baca juga: RUU TPKS: Tidak Ada Keraguan Tancap Gas Untuk Disahkan
Penulis: Decky Medani